( Lutfiyatul Inayah 1471505287 )
Pemilihan Kepala daerah ( Pilkada ) DKI Jakarta putaran ke dua yang dilaksanakan pada hari Rabu 19 April 2016 adalah salah satu pilkada yang sangat panas dimana calon pasangan gubernur DKI Jakarta sebelumnya saling menunjukkan program kerja mereka kepada warga DKI Jakarta. Warga Jakarta sendiri tidak ingin sampai salah memilih Gubernur atau pemimpin DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota negara dari Indonesia.
Pilkada DKI Jakarta Putaran ke-2 dengan 2 kandidat Paslon yaitu pasangan nomor 2 adalah pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Drs. H. Djarot Saiful Hidayat biasa disebut dengan Ahok-Djarot yang diusung oleh parta PDIP dan pasangan nomor 3 yang yaitu Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno atau kerap disapa dengan pasangan Anies-Sandi yang diusung oleh partai PKS dan Gerindra.
Persaingan pemilihan gubernur yang sangat ketat saat ini terasa sekali dari berbagai macam polemik yang terjadi selama ini serta masing – masing pasangan yang gentarnya berkampanye kepada khalayak atau masyarakat DKI Jakarta, dimana mereka memberitahukan tentang visi misi serta program kerja mereka ke berbagai kawasan yang ada di DKI Jakarta. Mulai dari barat sampai timur tidak ada yang terlewat, program yang ditawarkan pun sangat menarik untuk warga DKI Jakarta.
Pada pilkada putaran kedua ini TPS yang ada di Jakarta Barat yaitu TPS 98 Kelurahan Pegadungan memulai perhitungan suara pada pukul 13.00 – 14.30 wib dengan menuliskan suara pada formulir C1, dibantu oleh 6 panitia dan dan di saksika oleh 2 saksi dari partai dan ada pula beberapa warga yang ikut menyaksikan proses penghitungan suara. Formulir C1 plano merupakan dokumen penghitung suara paling otentik, karena yang tertera pada dokumen ini menjadi acuan bagi penulisan dokumen-dokumen lainnya, pengisian formulir C1 ini dilakukan secara transparan karena dalam pengisiannya disaksisakan oleh banyak orang yang hadir di TPS ( Tempat Pemungutan Suara ).
doc.pribadi
Warga sangat antusias dalam mengawasi penghitungan surat suara pada awal penghitungan suara pasangan nomor 2 sudah unggul dibandingkan pasangan nomor 3. Beberapa kali panitia yang membacakan suarat suara menyebutkan pasangan no.3 tetapi tidak banyak hanya beberapa kali saja, dalam penghitungan suara juga ada salah satu surat suara yang tidak sah karena tidak memilih pada salah satu nomor tetapi pada surat suara tersebut menyobloskan di tengah – tengah garis pasangan nomor 2 dan nomor 3. Total suara yang didapat dari jumlah peserta 781 hanya ada 617 yang memberikan hak suara mereka dalam memilih gubernur DKI Jakarta.
doc.pribadi
Dimana hasil dari penghitungan di TPS 98 pasangan nomor 2 unggul dengan hasil 603 suara, dan pasangan nomor 3 mendapatkan hasil 13 suara dan ada satu surat suara yang tidak sah, penghitungan suara di akhiri dengan tanda tangan dari semua panitian dan 2 saksi dari partai warga pun mengabadikan hasil penghitungan suara.