Sebagai salah satu rumah khas tradisional asal Tanah Papua, Honai memang tergolong unik. Selain menjadi istana pemberi kenyamanan bagi penghuninya, di dalam Honai pun terkandung nilai-nilai filosofis budaya yang tinggi.
Honai sejak lama dikenal sebagai rumah tradisional suku Dani di Kabupaten Jayawijaya dan suku-suku asli yang mendiami wilayah pegunungan tengah Papua. Hingga kini, masyarakat di wilayah ini masih membangun honai secara turun temurun sesuai tradisi budaya dan kondisi setempat. Istilah honai berasal dari dua kata, yakni “Hun” yang berarti pria dewasa dan “Ai” yang berarti rumah. Dari klasifikasinya, terdapat dua jenis honai, yakni honai bagi kaum laki-laki dan perempuan.
Secara umum honai merupakan rumah adat tempat bermusyawarah untuk kepentingan mengadakan pesta adat dan perang suku. Honai bagi kaum perempuan disebut “Ebeai,” yang terdiri dari dua kata, yakni “Ebe” atau tubuh dalam pengertian kehadiran tubuh dan “Ai” yang berarti rumah. Nama honai laki-laki dalam bahasa Lani disebut “ap inakunu” dan honai perempuan disebut “kumi inawi.” Orang Lani mempunyai tiga honai, yakni honai bagi kaum laki-laki, honai perempuan dan honai yang dikhususkan untuk memberi makan atau memelihara ternak seperti babi.