Fotografi hantu Indonesia adalah komunitas pecinta fotografi yang mana genre yang diambil adalah fotografi hantu. Komunitas ini tiap anggotanya harus mempunyai alat fotografi, minimal kamera digital pocket dan di utamakan kamera dengan jenis (Digital Single Lens Reflex) atau DSLR. Selain mempunyai alat fotografi tiap anggota Fotografi Hantu Indonesia harus mempunyai mental dan nyali yang cukup berani dalam mengikuti kegiatan sesi hunting foto, yang mana hunting yang dilakukan pada komunitas ini tentunya pada malam hari, dan di lokasi yang dibilang sangat angker.
Fotografi Hantu Indonesia memiliki visi dan misi untuk membuat komunitas ini lebih berkembang. Visinya adalah menjalin kekeluargaan antar sesama anggota komunitas dalam sebuah ikatan Keluarga Besar Fotografi Hantu Indonesia dan misinya adalah mengadakan kegiatan hunting rutin minimal dua minggu sekali serta meningkatkan kemampuan IPTEK dan inovasi untuk menghasilkan suatu karya dalam aliran fotografi hantu.
Komunitas ini melibatkan makhluk halus sebagai objek fotografinya, dimana banyak orang takut dengan yang namanya makhluk halus. Hunting dilakukan dari pukul 11 malam hingga selesai (biasanya hingga seluruh anggota sudah mendapatkan giliran hunting). Hunting dilakukan dengan cara mengitari spot-spot yang sudah ditentukan dan dilakukan secara bergiliran. Sebelumnya dilakukan briefing agar saat hunting tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Agar lebih aman, anggota yang sedang melakukan hunting membawa 1 walkie talkie untuk berkomunikasi dengan anggota lain di safe zone.
Komunitas ini dibuat untuk menyalurkan hobi fotografi dengan objek yang tidak biasa. Kalau biasa kita memotret manusia, hewan dan alam, tetapi di komunitas ini makhluk astral menjadi objek yang dicari dalam setiap huntingnya. Alasan kebanyakan anggota masuk ke komunitas ini adalah untuk melatih mental. Selain itu alasan anggota Fotografi Hantu Indonesia karena penasaran dengan bentuk dari makhluk halus. Komunitas ini tidak menggunakan atau menghadirkan klenik pada saat hunting, karena mereka tidak mempercayai seorang klenik.
Halo Sobat Belajar Cerita, perkenalkan nama saya Socrates Bangun, saya lahir di Pamulang, Tangerang Selatan 22 tahun lalu. Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Ibu saya bernama Rosita Tarigan, beliau sehari-hari berjualan bumbu jadi dan rempah-rempah di salah satu pasar tradisional yang ada di Ciputat, Tangerang Selatan. Ayah saya adalah seorang mantan guru di salah satu sekolah katolik swasta di Pamulang. Sekarang kesibukan beliau juga berjualan di pasar Ciputat bersama ibu saya. Terkadang saya juga suka membantu mereka berjualan dan berbelanja bahan-bahan bumbu tersebut di pasar induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Saya biasa berbelanja ke pasar induk 2 hari sekali, biasanya di hari senin, rabu, jumat dan minggu.
Kesibukan saya saat ini selain membantu orang tua saya yaitu berkuliah. Saya adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Budi Luhur Jakarta. Saya mengambil fakultas Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Broadcast Journalism. Alasan saya mengambil konsentrasi tersebut selain karena hobi saya memotret, saya juga menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan jurnalistik. Dalam jurnalistik saya dapat mengenal banyak orang, mulai dari pejabat, polisi, pedagang, bahkan preman. Kecintaan terhadap jurnalistik membuat saya menjadi lebih semangat untuk memotret setiap peristiwa-peristiwa penting yang terjadi mulai dari pelantikan pejabat, peritiwa kecelakaan, bencana alam bahkan kasus pencurian. Alasan lain saya mengapa saya ingin menjadi jurnalis foto karena saya ingin pergi ke seluruh penjuru dunia untuk memotret dan menceritakan berbagai macam kejadian ataupun peristiwa di dalam frame foto saya.
Menjadi jurnalis adalah ajang saya untuk melatih mental dan melatih saya untuk berani bertemu orang baru dan mudah bersosialisasi dengan orang yang baru saya kenal. Hal menyenangkan yang saya inginkan ketika menjadi seorang jurnalis adalah tidak hanya mendapatkan gaji, melainkan mendapatkan wawasan yang luas dan tidak hanya menambah wawasan untuk saya sendiri, saya sebagai jurnalis juga berperan sebagai media untuk menambah wawasan untuk masyarakat. Dalam jurnalistik, foto merupakan sesuatu kebutuhan vital, karena foto merupakan salah satu daya pemikat untuk pembacanya.
Saya juga memiliki cita-cita untuk membuat sebuah pameran foto jurnalistik. Pameran foto yang memamerkan setiap foto-foto jurnalistik yang saya pernah ambil sambil menceritakan cerita-cerita dibalik foto-foto tersebut. Saya berharap dalam ajang pameran foto tersebut dapat menjadi inspirasi untuk banyak orang dan menambah pengetahuan baru untuk setiap orang yang melihat foto tersebut.
View all posts by ub1671052