Berangkat dengan diselimuti rasa penasaran yang tinggi serta canggung sekaligus semangat. Hari itu Selasa, 4 Desember 2018 saya akan bertemu dengan seseorang yang sengat menarik perhatian saya. Dia adalah Sefri Ardi, seorang gay yang bergabung dalam komunitas gay se-Jabodetabek. First impression saya terhadap Sefri seperti layaknya perempuan yang melihat pria tampan. Tapi jujur, ketika sudah mulai ngobrol semuanya berubah.
Ditengah perbincangan saya dengan Sefri tiba-tiba ada seorang pria yang menyapa dirinya lalu, “That’s my boyfriend” ucap Sefri sambil melirik ke pria yang tadi lewat. Kemudian pria tersebut pun bergabung satu meja dengan kami.
Sefri Ardi merupakan anggota komunitas gay untuk daerah JABODETABEK. Komunitas tersebut diberi nama Teenagers. Sesuai dengan namanya, anggota dari komunitas tersebut ialah laki-laki dengan kisaran usia 17 – 25 tahun. “At least, kalo lo 16 atau 26 bukan berarti nggak boleh, cuma emang lebih fokus ke yang segitu”, jelas Sefri.
Tujuan dibentuknya komunitas gay tersebut yaitu untuk dijadikan sebagai wadah para gay saling tukar pikiran dan sharing informasi seputar LGBT. Selain itu komunitas tersebut juga dijadikan sebagai tempat curhat para anggotanya seperti masalah pekerjaan, hubungan dengan pacar, dll.
Komunitas gay ini merupakan komunitas virtual yang tidak pernah mengadakan pertemuan secara resmi. Tetapi, mereka bisa saling bertemu dan berhubungan lebih lanjut jika memang sama-sama mau. Walaupun begitu, Sefri mengaku tidak terlalu tertarik untuk mencari pasangan di komunitas tersebut.
Berawal dari sebuah aplikasi dating khusus untuk gay, Sefri mengenal seseorang yang akhirnya membawanya sampai ke komunitas tersebut. Sefri mengaku ia bergabung dalam komunitas tersebut karena ingin mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Sebagai seseorang yang berbeda, Sefri merasa dirinya merupakan minoritas, dan tidak semua orang bisa menerima kondisi dia.
“Kalo di grup tuh bener-bener nggak tau siapa kita. Lo siapa, gua siapa? Keberadaan lo dimana? Lo aman atau engga? Aman dalam arti kata, kalo LGBT itu nggak jauh dari kata penyakit sama nakal-nakalnya”
Sefri sudah tahu betul dengan kondisi dirinya yang berbeda. Ia mengaku sudah merasakan hampir semua seluk-beluk dunia LGBT. Mulai dari seks, kebahagiaan, hingga materi sudah pernah ia dapatkan.