Pernah kepikiran nggak kira-kira kuli panggul yang di pasar-pasar itu bisa ngangkut barang berapa banyak dan seberapa berat?
Seorang kuli panggul yang kerap disapa Naryo ini sudah melakoni pekerjaannya sejak tahun 1997. Setiap hari mulai pukul 6 pagi hingga pukul 12 siang, Naryo memanggul barang yang datang untuk diantar ke pedagang.
“Biasanya sehari itu dua mobil dateng,”, tutur Naryo. “Tadi pagi udah satu mobil, ini yang satu lagi di jalan, eh itu tuh udah sampe”, kemudian Naryo pun bergegas untuk mengangkut barang-barang yang saat itu mayoritas berisi buah-buahan.
Perantau dari kota Pemalang ini mengadu nasib ke kampung orang demi menghidupi anak dan istrinya di kota asal. Ketika ditanya mengapa memilih menjadi kuli panggul jawabnya sederhana, ditolak kerja karena tidak punya ijazah. Masalah ini memang kerap terjadi pada banyak perantau. Meninggalkan kampung halamannya berharap mendapat masa depan yang lebih baik, tetapi lupa jika nekad saja tidak cukup, bekal keahlian juga perlu.
Jika dilihat dari cara bicara dan gestur tubuhnya, Naryo enjoy menjalani hidupnya sebagai kuli panggul, walaupun harus mengontrak dan tinggal jauh dari keluarga Ia menyampaikan ceritanya sambil diselipi candaan dan tawa yang sumringah. Seakan beban muatan 50 – 80 kilo dalam sekali angkut hanya lah angin lalu.
Padahal mengangkat beban berat dalam jangka waktu yang lama bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Seperti di kutip dari halosehat.com, ada sederet penyakit akibat mengangkat beban terlalu berat yaitu sakit punggung, hernia (turun berok), wasir, infertilitas (kemandulan), skoliosis, saraf kejepit dan preeklampsia.
Sunaryo seakan menutup mata dengan hal itu. Dalam melakukan pekerjaannya ia juga tidak menggunakan alat bantu seperti handuk sebagai bantalan. Menghiraukan kesehatan demi pundi-pundi uang.
“Kadang-kadang disini kan kulinya ada tiga. Kalau misalnya satu mobil dibagi tiga orang. Misalnya dapet 200 ya dibagi tiga”, ucap Sunaryo ketika ditanya bagaumana sistem pembayaran kuli panggul.
Rosita merupakan salah satu pedagang yang sering menggunakan jasa Sunaryo. “Dia kalau pagi di perempatan situ. Kalau sore suka ngojek disini, tapi kalau ada yang nyuruh manggul ya dia sore manggul juga”, jelas Rosita.
Jika kita lebih peka dengan lingkungan sekitar, pasti kita akan sadar jika banyak sekali hal-hal positif yang bisa dijadikan pelajaran. Dari kisah Naryo ini kita bisa lebih bersyukur dengan apa yang kita punya saat ini. Lihat lah kebawah, karena masih banyak orang yang kurang dari kita. Jangan lihat keatas, karena diatas langit masih ada langit.