Setiap hari pasti manusia membutuhkan sesuatu untuk bertahan hidup. Salah satunya ialah makanan. Rata-rata setiap orang makan tiga kali sehari. Pagi, siang, dan malam hari. Untuk itu mereka harus berbelanja. Entah ada yang belanja harian, bulanan sampai tahunan. Lalu, di era seperti sekarang untuk berbelanja sudah semakin banyak pilihan tempat dan caranya. Mulai seperti zaman dahulu yaitu dengan datang ke pasar tradisional hingga melakukan belanja online dengan aplikasi di telepon genggam.
Meski begitu masih ada puluhan pasar tradisional yang bertahan dari terjangan arus globalisasi. Disekitar ciledug saja ada beberapa pasar tradisional yang masih eksis. Seperti pasar Borobudur, pasar Saraswati dan juga ada pasar Lembang. Meski sering orang berpikir dan menilai pasar tradisional itu kumuh, kotor, becek dan sempit tapi dibalik itu masih banyak nilai lebih dari pasar tradisional. Kali ini saya akan membahas itu melalui wawancara dan mengikuti seseorang narasumber yang masih setia berbelanja di pasar tradisional.
Setiap pagi sekali dalam seminggu Nurdiyanti seorang ibu rumah tangga pasti berbelanja untuk kebutuhan keluarganya. Dirinya tidak buta akan teknologi. Dirinya masih mengikuti teknologi-teknologi terbaru. Namun untuk masalah belanja dirinya masih percaya dan tetap bertahan untuk berbelanja di pasar tradisional. Alasan yang ia ungkapkan ialah ; satu, karena di pasar tradisional daging masih lebih segar karena tidak melalui proses pembekuan terlebih dahulu. Lalu kedua sayur mayur yang dijual juga termasuk lebih segar karena langsung dari pasar induk. Ketiga, karena pasar tradisional masih bisa tawar menawar harga dan bisa mendapatkan harga yang lebih murah.
Dari berbagai alasan yang bisa kita lihat dari ibu Nurdiyanti kita bisa yakin bahwa meski banyak orang yang memandang berbelanjar di pasar tradisional banyak hal negatifnya namun kita juga bisa menemukan hal-hal positif yang bisa membantu kita. Kita semua yang bisa mempertahankan eksistensi pasar tradisional khas Indonesia. Jika bukan kita, ya siapa lagi? Maka dari itu jangan takut untuk belanja di pasar tradisional.
Hai, Saya Fachry Aryandi mahasiswa berkacamata dari Universitas Budi Luhur angkatan 2016. Saya memiliki beberapa hobi yaitu mendengarkan musik, membaca buku (novel dan komik terutama), dan juga suka mengeksplor makanan dan kopi. Jurusan yang sedang saya tempuh ialah Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Broadcast Journalism. Menurut saya, diri saya itu masuk kedalam golongan manusia ambivert. Iya, disatu sisi saya suka bercerita dan bercengkrama sam orang lain. Tapi disisi lain saya kurang suka dengan keadaan yang berisik dan ricuh disekitar saya. Leibh suka di tempat hening untuk bersosialisasinya.
Satu kalimat yang sekarang saya pegang untuk hidup saya yaitu “Let It Flow and Take It Slow”. Maksud dari kalimat itu ialah ikuti saja alurnya dan tanggapi hal itu dengan perlahan. Saya tidak suka terburu-buru, yang penting jadi dan yang penting bisa mengikutinya. Mungkin sebagian orang sangat kontra dengan kalimat saya itu. Tapi itulah yang membuat saya menjadi seperti sekarang saat ini. Tidak merasa berat saat menjalani kehidupan.
Selain berkuliah, saya juga tergabung dalam komunitas Radio Budi Luhur. Disana saya sebagai Tim Event Officer, Producer disalah satu program siaran dan juga sebagai penyiar di salah satu program juga. Radio yang buat saya menjadi lebih percaya diri untuk berbicara didepan orang lain. Radio juga yang mengajarkan saya seluk beluk bagaimana cara untuk membuat suatu acara yang tidak hanya asal-asalan saja. Oleh karena itu saya jadi berkeinginan menjadi bagian dari radio komersial. Entah menjadi penyiar atau menjadi produser.
Selain ingin menjadi penyiar, sebenarnya saya juga memiliki beberapa impian. Kenapa saya memiliki banyak impian, karena saya pernah mendengar ucapan guru saya untuk menyiapkan mimpi sebanyaknya agar hidup kalian tidak berhenti disatu titik itu saja. Jadi selain menjadi penyiar saya juga ingin menjadi penulis buku novel. Mungkin saat ini masih dalam proses untuk membiasakan diri menulis tapi saya terus berlatih. Lalu selain menjadi penulis novel, saya juga memiliki impian menjadi penulis cerita untuk sebuah film. Karena saya selalu berpikir jika penulisnya tidak handal, maka tidak akan ada film yang bagus. Oleh karena itu saya ingin menjadi penulis terkenal.
Terakhir, saya ingin bisa berbagi pengalaman saya. Lebih tepatnya menjadi pengajar entah guru ataupun dosen. Pastinya tidak jauh-jauh dari bidang broadcast journalism. Semoga impian saya bisa terwujud semua. Permulaan dari ini semua ialah menjadi kontributor di laman ini.
View all posts by Fachry Aryandi