“Be Humble. Be Hungry. And Always Be The Hardest Worker In The Room”
– Dwayne Johnson –
Quote terkenal dari seorang artis Hollywood asal Amerika yang biasa dikenal dengan nama The Rock ini mungkin terlihat biasa. Namun bagi saya, kutipan dari mantan pegulat profesional ini memiliki makna yang cukup dalam. Menemukan quote ini diantara perasaan lelah dan gelisah di situasi yang membuat saya hampir menyerah dengan keadaan, seperti menemukan penopang lelah kala itu. Dengan membaca dan memaknainya, saya menjadi terdiam dan mulai membuka cara pandang baru mengenai dunia ini.
Saya memaknai kutipan di atas dengan selalu rendah hati akan apapun pencapaian yang telah didapatkan. Lapar disini bukan dalam pengertian jasmani tetapi diartikan dengan sebuah keinginan yang kuat. Karena jika kamu terus merasa lapar akan sesuatu, seperti kesuksesan, kejayaan, dan lain-lain, maka kamu akan terus mencari dan memiliki keinginan yang besar untuk dapat mencapai titik dimana kamu puas akan hal tersebut. Dan selalu menjadi seseorang yang bekerja keras dengan tulus dalam mengerjakan sesuatu.
Nama saya Marcia Levina Jayanagara atau biasa dipanggil Cia oleh orang terdekat saya. Saya anak ke 3 dari 4 bersaudara yang lahir di Jakarta 20 tahun yang lalu pada bulan Februari. Memiliki satu kakak laki-laki, satu kakak perempuan, dan satu adik perempuan. Masa kecil saya dari mulai TK, SD, SMP, SMA sampai sekarang saya habiskan di Ibu Kota ini. Saya adalah seorang mahasiswi semester 5 di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta Selatan yang bernama Universitas Budi Luhur.
Tumbuh besar di lingkungan keluarga yang kental dengan komunikasi dan pola pikir kritis yang menjadikan saya sebagai pribadi yang penuh dengan banyak pengamatan sebelum bertindak. Lingkungan yang dari kecil mengharuskan saya untuk berpikir kritis dari obrolan santai yang dilakukan, seperti “nanti liburan kita kemana nih?” lalu saya dijawab “mau ke bandung” kemudian dibalas “kenapa kita pergi ke bandung?”, “memang ada apa disana?”, “kenapa ga ke puncak?”, “kesana naik apa?” pertanyaan yang simple memang, tetapi melatih saya untuk memecahkan sebuah masalah dari kecil. Hal ini juga yang menumbuhkan sebuah kebiasaan yang bisa dikatakan cukup unik, yaitu saya suka mengamati sesuatu mulai dari tingkah laku, dan cara berbicara orang lain, puisi, gambar, keadaan serta proses yang terjadi dibelakang layar pembuatan sebuah film atau sebuah produksi acara televisi.
Selain itu, Sejak kecil saya sering diajak bapak saya melihat produksi sebuah film maupun acara televisi. Menarik rasanya melihat kegiatan tersebut. Dari mulai sutradara yang mengarahkan pemainnya, dialog yang dilakukan disetiap adegan, hingga komunikasi yang terjalin antara pembawa acara dengan narasumber. Inilah awal yang membuat saya jatuh cinta pada dunia media televisi maupun perfilman. Kemudian saat saya menginjak SMA, saya menyibukkan diri dengan mencari tahu segala hal mengenai dunia media tersebut. Pada awalnya cukup sulit bagi saya dalam beradaptasi dari SMP ke SMA dikarenakan perpindahan lingkungan dan perbedaan latarbelakang. Tetapi saya mencoba memberanikan diri dengan mulai mengikuti kegiatan - kegiatan yang diadakan seperti memproduksi film pendek, hingga membuat peliputan softnews. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan Ilmu Komunikasi sebagai tempat untuk menuangkan minat dan passion saya. Setelah mengetahui jurusan yang saya inginkan saya mulai mencari wadah yang tepat untuk mengasah kemampuan saya dalam dunia tersebut. Dan disinilah saya sekarang masih mencari dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal saya di masa depan.
View all posts by Marcia Levina Jayanagara